Sabtu, 05 Januari 2013

Tugas 3 Multimedia (Video: Pendidikanku Tak Segelap Duniaku)

"Pendidikanku Tak Segelap Duniaku" itulah judul video yang kami (K.Nisa, Nurul, dan Uswatun) buat. Video ini menceritakan tentang pendidikan di SLBN-A Kota Bandung (SLB untuk penyandang tunanetra), khususnya pembelajaran matematika. Mau tau secara lengkapnya, buka link di bawah ini dan tonton videonya. ^_^
http://www.youtube.com/watch?v=c0Z0xKPfaYo

Tugas 1 Multimedia Pendidikan Matematika (Jenis-jenis Segitiga)

Berikut ini adalah Powerpoint "Jenis-jenis Segitiga". Powerpoint ini bisa digunakan untuk siapa saja yang membutuhkan . semoga bermanfaat.... ^_^ Silakan klik link di bawah ini

http://www.slideshare.net/khaeratunnisa3/segitiga-15863909

Jumat, 04 Januari 2013

Tugas 2 Multimedia (Editing Foto)

Berikut ini adalah foto gedung JICA FPMIPA UPI

Dan ini adalah foto setelah mengalami editing menggunakan Adobe Photoshop CS4 dengan efek sephia tone
Selain editing pada foto gedung, berikut ini adalah editing pada objek orang.

Foto sebelum


Foto sesudah

Terlihat perbedaannya kan?
Pada foto kedua adalah foto setelah mengalami editing foto menggunakan Adobe photoshop CS4 dengan Digital Make Up.

Didactical Design Research (DDR)


Didaktis adalah sesuatu yang menjadi penekanan dalam pembelajaran sejak tahap perencanaan pembelajaran. Analisis didaktis sebelum pembelajaran, difokuskan pada hubungan tiga serangkai antara guru, siswa, dan materi sehingga dapat menjadi arahan dalam pelaksanaan pembelajaran. Hasil analisis didaktis digunakan untuk proses pembuatan rancangan atau desain.
Desain didaktis merupakan desain bahan ajar matematika yang memperhatikan respon siswa. Sebelum proses pembelajaran, biasanya guru membuat rancangan pembelajaran agar urutan aktivitas dan situasi didaktis dapat diupayakan sesuai dengan yang telah direncanakan. Dalam mengembangkan desain didaktis, aktivitas guru dirancang bukan hanya untuk berfokus kepada siswa maupun materi pembelajaran tetapi pada hubungan antara siswa dengan materi pembelajaran.
Hubungan guru-siswa-materi digambarkan oleh Kansanen (Suryadi, 2010: 62) sebagai sebuah ‘segitiga didaktis yang menggambarkan Hubungan Didaktis (HD) antara siswa dan materi, serta Hubungan Pedagogis (HP) antara guru dan siswa.’
Peran guru yang paling utama dalam segitiga didaktis menurut Suryadi (2010: 63) adalah
Menciptakan suatu situasi didaktis (didactical situation) sehingga terjadi proses belajar dalam diri siswa (learning situation). Ini berarti bahwa seorang guru selain perlu menguasai materi ajar, juga perlu memiliki pengetahuan lain yang terkait dengan siswa serta mampu menciptakan situasi didaktis yang dapat mendorong proses belajar secara optimal.
Pada saat guru merancang sebuah situasi didaktis, maka guru juga harus memikirkan prediksi respon siswa atas situasi tersebut serta antisipasinya sehingga tercipta situasi didaktis baru. Antisipasi tersebut tidak hanya menyangkut hubungan siswa-materi, tetapi juga hubungan guru-siswa, yang disebut sebagai Antisipasi Didaktis dan Pedagogis (ADP). Ini menggambarkan bahwa proses berpikir guru tidak sederhana. Oleh karena itu, kemampuan selanjutnya yang harus dimiliki guru menurut Suryadi (2010: 69) disebut kemampuan metapedadidaktik yang dapat diartikan sebagai kemampuan guru untuk :
(1)memandang komponen-komponen segitiga didaktis yang dimodifikasi yaitu ADP, HD, dan HP sebagai suatu kesatuan yang utuh, (2)mengembangkan tindakan sehingga tercipta situasi didaktis dan pedagogis yang sesuai dengan kebutuhan siswa, (3)mengidentifikasi serta menganalisis respon siswa sebagai akibat tindakan didaktis maupun pedagogis yang dilakukan, (4)melakukan tindakan didaktis dan pedagogis lanjutan berdasarkan hasil analisis respon siswa menuju pencapaian target pembelajaran.
Selanjutnya hubungan guru-siswa-materi digambarkan oleh Suryadi (2010: 69) sebagai sebuah limas dengan titik puncaknya adalah guru yang memandang alas limas sebagai segitiga didaktis yang dimodifikasi.
      
Metapedadidaktik meliputi tiga komponen yang terintegrasi yaitu kesatuan, fleksibilitas, dan koherensi. Komponen kesatuan berkenaan dengan kemampuan guru untuk memandang sisi-sisi segitiga didaktis yang dimodifikasi sebagai sesuatu yang utuh dan saling berkaitan erat. Sebelum peristiwa pembelajaran terjadi, guru tentu melakukan proses berpikir tentang skenario pembelajaran yang akan dilaksanakan yang disebut prospective analysis (Suryadi 2010: 74). Hal terpenting yang dilakukan dalam proses tersebut adalah berkaitan dengan prediksi respon siswa sebagai akibat tindakan didaktis maupun pedagogis yang akan dilakukan. Berdasarkan prediksi tersebut selanjutnya guru juga berpikir tentang antisipasi atas berbagai kemungkinan yang akan terjadi. Yakni, bagaimana jika respon siswa sesuai dengan prediksi guru, bagaimana jika hanya sebagian yang diprediksikan saja yang muncul, dan bagaimana pula jika apa yang diprediksikan ternyata tidak terjadi. Semua kemungkinan ini tentu harus sudah terpikirkan oleh guru sebelum peristiwa pembelajaran terjadi.
Dalam suatu peristiwa pembelajaran, guru tentu saja akan memulai aktivitas sesuai skenario yang memuat antisipasi didaktis dan pedagogis. Pada saat guru menciptakan sebuah situasi didaktis, terdapat tiga kemungkinan yang bisa terjadi terkait respon siswa atas situasi tersebut yaitu seluruhnya sesuai prediksi guru, sebagian sesuai prediksi, atau tidak ada satupun yang sesuai prediksi. Walaupun secara keseluruhan hanya ada tiga kemungkinan seperti itu, akan tetapi pada kenyataannya respon siswa tersebut  tidak mungkin muncul seragam untuk setiap siswa. Artinya apabila respon siswa seluruhnya sesuai dengan prediksi guru, bukan berarti setiap siswa memberikan respon yang sama melainkan secara akumulasi respon yang diberikan siswa sesuai prediksi. Dengan kata lain, jika dilihat dari sisi siswanya, maka akan ada siswa yang memberikan respon sesuai prediksi, ada siswa yang sebagian responnya sesuai prediksi, ada yang responnya tidak sesuai prediksi, dan mungkin pula ada yang tidak memberikan respon. Situasi seperti ini tentu menjadi tantangan bagi guru untuk mampu mengidentifikasi setiap kemungkinan yang terjadi, menganalisis situasi tersebut, serta mengambil tindakan secara cepat dan tepat.
Tindakan yang diambil guru setelah melakukan analisis secara cepat terhadap berbagai respon yang muncul, bisa bersifat didaktis maupun pedagogis. Dalam kenyataannya, yang menjadi sasaran tindakan tersebut bisa bervariasi tergantung hasil analisis guru. Akibat dari tindakan yang dilakukan tersebut tentu akan menciptakan situasi baru yang sangat tergantung pada jenis tindakan serta sasaran yang dipilih. Pada saat suatu situasi didaktis dan atau pedagogis terjadi, maka pada saat yang sama guru akan berpikir tentang respon siswa yang mungkin beragam, keterkaitan respon siswa dengan prediksi serta antisipasinya, dan tindakan apa yang akan diambil setelah sebelumnya melakukan identifikasi serta analisis yang cermat. Dengan demikian, selama proses pembelajaran berjalan guru akan senantiasa berpikir tentang keterkaitan antara tiga hal yaitu antisipasi didaktis-pedagogis, hubungan didaktis siswa-materi, dan hubungan pedagogis guru-siswa.
Komponen yang kedua adalah fleksibilitas. Skenario, respon siswa, serta antisipasinya hanyalah rencana yang belum tentu menjadi kenyataan. Dalam pembelajaran, guru harus mampu memodifikasi hal-hal tersebut sesuai dengan kenyataan yang terjadi. Hal ini sangat penting untuk dilakukan sebagai konsekuensi logis dari pandangan bahwa pada hakekatnya siswa memiliki otoritas untuk mencapai suatu kemampuan sesuai kapasitasnya sendiri. Dengan demikian antisipasi yang telah disiapkan perlu disesuaikan dengan kondisi didaktis dan pedagogis yang terjadi.
Komponen yang ketiga adalah koherensi. Situasi didaktis yang diciptakan sejak awal pembelajaran tidak akan bersifat tetap, karena ada respon siswa yang terjadi saat pembelajaran. Akibatnya akan muncul situasi didaktis dan situasi pedagogis baru. Karena terjadi perubahan-perubahan saat proses pembelajaran, maka guru perlu memperhatikan koherensi atau pertalian logis dari tiap situasi sehingga tercipta proses pembelajaran yang optimal.